Akhlaq dan Nasehat
Antara Berlebihan dan Merendahkan Orang Shalih (Bag. 1)
Daftar Isi
1.1. Definisi orang saleh
1.1.1. Pertama, As-Saabiq bil khairar
1.1.2. Kedua, Al-muqtashid
2. Satu tingkatan yang tidak termasuk golongan orang saleh
3. Tiga jenis manusia dalam bersikap terhadap orang saleh
3.1. Pertama, melampui batasan syari’at Islam (berlebihan), ini sikap yang salah
3.2. Kedua, pertengahan, ini sikap yang benar karena sesuai dengan batasan syariat Islam
3.3. Ketiga, mengurangi batasan syariat Islam (menelantarkan atau merendahkan), ini juga sikap yang salah
4. Renungan;
Siapakah orang saleh itu?
Bismillah walhamdulillah, wash shalatu wassalamu ‘ala rasulillah, amma ba’du.
Definisi orang saleh
Orang saleh adalah orang yang taat kepada Allah Ta’ala, yaitu orang yang
melaksanakan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya. Berdasarkan syariat Islam, orang saleh terdiri dari dua tingkatan, yaitu:
Pertama, As-Saabiq bil khairat
As-Saabiq bil khairat adalah orang yang bersegera dan bersungguh-sungguh
dalam melakukan kebaikan. Mereka inilah orang-orang yang memiliki dasar
keimanan dan menyempurnakan keimanannya, baik dengan amal wajib maupun amal
sunah (ahli kamal iman al-mustahab) [1].
Tingkatan ini adalah tingkatan orang-orang yang melaksanakan perkara yang
wajib dan yang sunah, serta meninggalkan perkara yang haram, makruh, dan
sebagian perkara yang mubah (halal). Tingkatan ini adalah tingkatan yang
tertinggi dalam keimanan, yaitu tingkatan yang sampai pada derajat ihsan.
Kedua, Al-muqtashid
Al-muqtasihid adalah orang-orang pertengahan yang memiliki dasar keimanan
dan menyempurnakan keimanannya yang wajib (ahli kamal iman al-wajib), namun
belum sampai derajat kesempurnaan iman yang sunah [2].
Tingkatan ini adalah tingkatan orang-orang yang melaksanakan kewajiban
dan meninggalkan perkara haram, meninggalkan sebagian perkara yang sunah,
dan melakukan sebagaian perkara yang makruh [3].
Dinamakan “muqtashid” karena tingkatannya pertengahan. Maksudnya
tingkatan mereka di atas orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri
(zhalim linafsih) dan di bawah as-saabiq bil khairat (orang yang bersegera
dan bersungguh-sungguh melakukan kebaikan) [4].
Dengan demikian, yang disebut sebagai “orang saleh” secara syariat adalah
tingkatan al-muqtashid dan tingkatan as-sabiq bil khairat [5].
Tingkatan al-muqtashid ini berada di bawah tingkatan as-sabiq bil
khairat, sedangkan tingkatan as-sabiq bil khairat adalah tingkatan yang
tertinggi dalam kesalehan.
Dua tingkatan ini terdapat dalam firman Allah Ta’ala,
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Faathir: 32)
Baca Juga: Bagaimana Jalan Meraih Keshalihan
Satu tingkatan yang tidak termasuk golongan orang saleh
Sedangkan satu tingkatan yang disebutkan dalam ayat ke-32 dalam surat
Faathir di atas, namun tidak termasuk ke dalam golongan orang saleh adalah
orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, yaitu zhalim linafsih.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki dasar keimanan, keislamannya sah,
namun meninggalkan kewajiban atau mengerjakan perkara haram. Mereka adalah
seorang muslim pelaku dosa besar (muslim fasiq).
Tiga jenis manusia dalam bersikap terhadap orang saleh
Untuk mengetahui siapa saja golongan yang bersikap salah (keliru)
terhadap orang saleh, maka kita perlu mengetahui bagaimanakah batasan
syariat Islam terkait hak orang saleh.
Batasan syariat Islam terkait hak orang saleh adalah mencintainya sesuai
dengan tingkatan keimananya, menghormatinya sewajarnya, membela mereka dalam
kebenaran, mencontoh mereka dalam kebaikan, dan sikap selainnya yang
diziinkan dalam syariat Islam.
Dan jika orang saleh itu adalah Rasulullah (utusan Allah) Alaihis salam,
maka umatnya wajib untuk mengambil syariat yang dibawa dan taat kepadanya
Alaihis salam.
Dalam bersikap terhadap orang saleh, manusia terbagi menjadi tiga
golongan:
Pertama, melampui batasan syari’at Islam (berlebihan), ini sikap yang
salah
Contoh sikap terhadap orang saleh yang berlebihan adalah menyanjungnya
dengan melampui batas; membangun dan memberi lampu terhadap kuburnya;
beribadah kepada Allah di sisi kuburnya; ngalap berkah dengan jasad dan
peninggalannya; membela orang saleh tanpa melihatnya apakah dia benar atau
salah; dan selainnya dari sikap yang melebihi batasan syariat Islam. Puncak
sikap berlebihan terhadap orang saleh adalah dengan menyembahnya dan
menuhankannya.
Wal’iyadzu billah.
Kedua, pertengahan, ini sikap yang benar karena sesuai dengan batasan
syariat Islam
Seperti batasan syariat Islam yang telah kami sebutkan di atas.
Ketiga, mengurangi batasan syariat Islam (menelantarkan atau
merendahkan), ini juga sikap yang salah
Maksudnya adalah bersikap merendahkan orang saleh, tidak menghormatinya
sesuai dengan kedudukannya, tidak mencintainya sesuai dengan kesalehannya,
tidak membelanya saat berada pada pihak yang benar, atau tidak memenuhi
hak-haknya sebagai orang saleh [6].
Baca Juga: Shalat Malam Adalah Kebiasaan Orang Shalih
Renungan
Sikap berlebihan terhadap orang saleh, dan sikap merendahkan
(menelantarkan) hak-haknya adalah dua sikap yang sama-sama salah dan berbahaya, wajib bagi kita untuk menghindarinya.
Bahkan sikap berlebihan terhadap orang saleh itu bisa menghantarkan
kepada kekafiran. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Muhammad At-Tamimi
Rahimahullah dalam Kitabut Tauhid alladzi huwa haqqullah ‘alal ‘abiid dalam bab yang berjudul,
باب ما جاء أن سبب كفر بني آدم وتركهم دينهم هو
الغلو في الصالحين
“Bab (tentang) sebab kekafiran manusia dan sebab mereka meninggalkan
agama Islam adalah (sikap) melampui batas terhadap orang saleh”.
Insyaallah, bab ini akan kita pelajari dalam serial artikel ini selanjutnya.
Baca Juga:
- Sibukkanlah Dirimu dalam Amal Shalih
- Teladan Kebaikan Dari Para Keluarga Salafus Shalih
[Bersambung]
Sumber Artikel: Muslim.or.id
Catatan Kaki:
[1] https://dorar.net/aqadia/3365
[2] https://dorar.net/aqadia/3363
[3] Lihat Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah.
[4] Lihat Tafsir Al-Qurthubi rahimahullah terhadap QS. Fathir: 32.
[5] Lihat At-Tamhid, karya Syaikh Shalih Alu Asy-Syaikh rahimahullah, hal. 210.
[6] Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, karya Ustadz Abu Isa
hafizhahullah, hal. 105-106 dan At-Tamhid, karya Syaikh Shalih Alu Asy-Syaikh rahimahullah, hal. 210-211.
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut
silakan
klik disini. Jazakallahu khaira
0 comments:
Posting Komentar