This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tampilkan postingan dengan label akhlak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label akhlak. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 Mei 2021

AKHLAK DAN NASEHAT PAGI

Akhlak dan Nasehat

AKHLAK DAN NASEHAT PAGI

Oleh; Fauzi Arefin Flimban

Assalamualaikum wr wb.

Rasa syukur tertinggi adalah mensyukuri kenyataan bahwa kita ada kunci sederhana kebahagiaan adalah menerima dan menyayangi diri selamat Menikmati.

libur di hari SABTU jangan lupa niatkan mencari malam Qodar dimalam Senin dari sejak mulai maghrib sampai subuh jangan sampai amal baik kita habis sebab kita membenci.

dan iri dengki kpd sesama org Iman orang yg puasa hanyalah org org beriman dan itulah yg di janjikan Allah pengampunan dengan membaca doa

ALLAHUMMA INNAKA AFUWUN TUHIBBUL AFWA FA FU ANNI

" YA ALLAH SESUNGGUHNYA ENGKAU PEMAAF DAN SENANG MEMAAFKAN MAKA MAAFKANLAH SAYA"

kenapa tidak minta yg lain..karena kl seseorang sdh di maafkan Allah..urusan dunia dan akhirat selesai.

Aamiin


PUASA ULAR vs PUASA ULAT

Oleh;Saidah

Ini ada artikel bagus. Semoga bisa memberikan inspirasi...

BERPUASALAH SEPERTI ULAT JANGAN SEPERTI PUASANYA ULAR

A. PUASA ULAR

Agar ular mampu menjaga kelangsungan hidupnya, salah satu yang harus dilakukan adalah harus mengganti kulitnya secara berkala.

Tidak serta merta ular bisa menanggalkan kulit lama. Ia harus BERPUASA tanpa makan dalam kurun waktu tertentu.

Setelah PUASANYA TUNAI, kulit luar terlepas dan muncullah kulit baru.

  1. WAJAH ular sebelum dan sesudah puasa tetap SAMA.
  2. NAMA ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama yakni ULAR.
  3. MAKANAN ular sebelum dan sesudah puasa tetap SAMA.
  4. CARA BERGERAK sebelum dan sesudah puasa tetap SAMA.
  5. TABIAT dan SIFAT sebelum dan sesudah puasa tetap SAMA.

B. PUASA ULAT

Ulat termasuk hewan paling rakus. Karena hampir sepanjang waktunya dihabiskan untuk makan.

Tapi begitu sudah bosan makan, ia lakukan perubahan dengan cara berpuasa. Puasa yang benar-benar dipersiapkan untuk mengubah kualitas hidupnya. Karenanya ia asingkan diri, badannya dibungkus rapat dan tertutup dalam kokon (kepompong) sehingga tak mungkin lagi melampiaskan hawa nafsu makannya.

Setelah berminggu-minggu puasa, maka keluarlah dari kokon seekor makhluk baru yang sangat indah bernama KUPU-KUPU.

Dari puasanya ulat :

  1. WAJAH ulat sesudah puasa berubah 🦋 INDAH MEMPESONA
  2. NAMA ulat sesudah puasa berubah menjadi 🦋 KUPU-KUPU
  3. MAKANAN ulat sesudah puasa berubah MENGISAP MADU
  4. CARA BERGERAK ketika masih jadi
    • ulat menjalar, setelah puasa berubah
    • TERBANG di awang-awang.
  5. TABIAT dan SIFAT berubah total.

Ketika masih jadi ulat menjadi perusak alam pemakan daun.

Begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu

PENYERBUKAN BUNGA.

Kesimpulan :

Puasa Seharusnya Mampu Merubahkan Diri Kita Agar Semakin BAIK Dan MAMPU Memberikan MANFAAT Bagi Manusia Lainnya.

Selamat Memaknai Bulan Puasa


Akhlak dan Nasehat

BAHAYA YANG TIDAK DISADARI OLEH BANYAK SUAMI...

Saidah KSA

بسم الله الرحمن الرحيم.

السلام عليكم ورحمة لله وبركاته...

BAHAYA YANG TIDAK DISADARI OLEH BANYAK SUAMI...

Ada suami yang begitu bangga saat istrinya mapan, mandiri, berdiri kuat, kokoh lagi berdaya. Ia senang melihat istri yang punya penghasilan sendiri, sehingga tak lagi meminta uang belanja bulanan padanya.

Ia gembira melihat istri bisa mengangkat gallon, lalu memasangnya. Sang istri juga piawai mengganti tabung gas sendiri, memasak sambil mengawasi mesin cuci yang sedang berputar, sementara sesekali istri menyuapi balitanya yang sudah belajar makan. Bahkan ia bisa memanjat memperbaiki genteng bocor saat musim penghujan tiba.

Jika dulu, kemana-mana istri minta diantar, maka sekarang tidak lagi. Ke pasar, jemput anak di sekolah, ke tempat kajian, istri bisa jalan, bawa kendaraan sendiri.

Bagaimana menurutmu wahai para suami? Enak kah kondisi demikian? Sehingga kau merasa tak direpotkan lagi oleh istrimu.

Maka waspadalah, ini bukan kondisi yang baik. Sejatinya rumah tangga dinamis karena adanya saling ketergantungan antara suami istri. Ada banyak keadaan di mana istri sangat tergantung pada suami, dan itu sangat wajar. Itu yang membuat hubungan semakin mesra dan hangat. Sebab kita yang tak bisa jauh satu sama lain.

Maka, bahagialah saat istrimu meminta cepat2 pulang di sore hari karena gasnya habis, sementara nasi belum lagi matang.

Bahagialah saat istrimu berteriak minta tolong agar gallon diangkat dan dipasangkan, ada anakmu yang kebelet minta minum.

Bahagialah saat istrimu merengek minta diantar ke kajian pekanan, karena ia ingin meraih surga bersamamu.

Bahagialah saat istrimu masih menadahkan tangannya minta uang belanja. Bukankah sejatinya laki-laki adalah qawwam, tugasnya memberi nafkah, agar nanti istrimu patuh karena ke-qawwamanmu.

Bahagialah saat istrimu minta dibantu untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, memintamu menemani anak-anak bermain, atau mungkin memintamu mengganti popok anak, atau menceboki kakak yang berteriak di kamar mandi karena hajatnya telah selesai.

Bahagialah dengan segala permintaan istri, meski kau pikir remeh temeh semata. Itu artinya istrimu masih waras, ia masih bisa mengungkapkan maunya apa.

Muliakanlah istrimu, rapikanlah bila kau lihat ia nampak berantakan, percantiklah bila kau lihat ia belepotan, santunkan bila kau anggap ia ceplas-ceplos tanpa etika, luaskan pengetahuannya bila kau anggap ia kampungan.

Sebelum kau jauh-jauh memberi manfaat dan kebaikan pada orang lain, pastikan dulu istrimulah yang paling merasakan manfaatmu dan kebaikanmu..

Seorang wanita yang mandiri tidak akan mengemis untuk diberi,Tapi seorang lelaki yang bertanggung jawab akan memberi sendirinya tanpa diminta....

Nasihat pernikahan, Semoga Bermanfa'at.

Share:

Senin, 08 Maret 2021

Antara Berlebihan dan Merendahkan Orang Shalih (Bag:2)

AKHLAK dan NASEHT

Antara Berlebihan dan Merendahkan Orang Shalih (Bag. 2)

Dalil-dalil larangan ghuluw terhadap orang saleh
Bismillah walhamdulillah, wash shalatu wassalamu ‘ala rasulillah, amma ba’du.
Disebutkan oleh Syekh Muhammad At-Tamimi Rahimahullah dalam Kitabut Tauhid alladzi huwa haqqullah ‘alal ‘abiid sebuah bab yang berjudul

باب ما جاء أن سبب كفر بني آدم وتركهم دينهم هو الغلو في الصالحين

Bab (tentang) sebab kekafiran manusia dan sebab mereka meninggalkan agama Islam adalah melampaui batas terhadap orang saleh.”
“Bab (tentang) sebab kekafiran manusia dan sebab mereka meninggalkan agama Islam adalah melampaui batas terhadap orang saleh.”
Lalu beliau menyebutkan beberapa dalil tentang larangan bersikap melampaui batas terhadap orang saleh atau yang dikenal dengan istilah ghuluw terhadap orang saleh.
Allah Ta’ala berfirman,

 يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ

 يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ

“Wahai ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian!” (QS. An-Nisa: 171)
 Dalam Ash-Shahihain, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma tentang firman Allah Ta’ala,

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا 

“Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr” (QS. Nuh: 23).
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata,

هذه أسماء رجال صالحين من قوم نوح، فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون فيها أنصابا، وسموها بأسمائهم، ففعلوا. ولم تعبد حتى إذا هلك أولئك ونُسي العلم عُبدت

“Ini adalah nama-nama orang-orang saleh di kalangan kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam. Ketika mereka meninggal dunia, setan membisikkan godaannya kepada kaum mereka, ‘Dirikanlah patung-patung di majelis-majelis yang dahulu didatangi oleh orang-orang shalih itu. Dan namailah patung-patung itu dengan nama-nama mereka.’
Kemudian kaum itu pun melaksanakan bisikan setan tersebut, dan sewaktu itu patung-patung tersebut belumlah disembah. Sampai orang-orang yang mendirikan patung tersebut telah mati dan (ketika itu) ilmu tauhid telah dilupakan, akhirnya patung-patung tersebut disembah.”
Ibnul Qayyim Rahimahullah Ta’ala menjelaskan,
“Lebih dari seorang salafusshalih yang berkata,

لما ماتوا عكفوا على قبورهم، ثم صوروا تماثيلهم، ثم طال عليهم الأمد فعبدوهم

“Tatkala orang-orang saleh itu meninggal dunia, mulailah orang-orang berlama-lama berdiam diri di makam mereka. Kemudian mereka membuat patung-patung orang-orang saleh tersebut. Berlalulah masa yang panjang, hingga mereka pun menyembah orang-orang saleh tersebut.”
Dari ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لا تُطروني كما أطرت النصارى ابن مريم؛ إنما أنا عبد، فقولوا: عبد الله ورسوله

“Janganlah kalian melampaui batas dalam menyanjungku, sebagaimana kaum Nashara melampaui batas dalam menyanjung Nabi Isa putra Maryam! Sesungguhnya aku adalah seorang hamba. Oleh karena itu, katakanlah (bahwa aku adalah ) hamba Allah dan Rasul-Nya!” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إياكم والغلو؛ فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو

“Awas, jauhilah sikap melampaui batas! Karena sikap melampaui batas adalah perkara yang membinasakan kaum sebelum kalian!” (HR. An-Nasa’i dan selainnya, dinilai sahih oleh Al-Albani Rahimahumallah)
Imam Muslim Rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

هلك المتنطعون ، قالها ثلاثا

“Binasalah orang-orang yang melampaui batas, (Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda tiga kali.”
Baca Juga:
Mencela Orang-Orang Shalih
Bolehkah Memberitahukan Amal Shalih kepada Orang Lain?
[Bersambung]
SUMBER Artikel: Muslim.or.id
Artikel Wong.Jeddah, Penulis;Rachmat.M.Flimban
Share:

Antara Berlebihan dan Merendahkan Orang Shalih(Bag.1)

Akhlaq dan Nasehat
 
Antara Berlebihan dan Merendahkan Orang Shalih (Bag. 1)
Daftar Isi
1.1. Definisi orang saleh
1.1.1. Pertama, As-Saabiq bil khairar
1.1.2. Kedua, Al-muqtashid
2. Satu tingkatan yang tidak termasuk golongan orang saleh
3. Tiga jenis manusia dalam bersikap terhadap orang saleh
3.1. Pertama, melampui batasan syari’at Islam (berlebihan), ini sikap yang salah
3.2. Kedua, pertengahan, ini sikap yang benar karena sesuai dengan batasan syariat Islam
3.3. Ketiga, mengurangi batasan syariat Islam (menelantarkan atau merendahkan), ini juga sikap yang salah
Bismillah walhamdulillah, wash shalatu wassalamu ‘ala rasulillah, amma ba’du.
Definisi orang saleh
Orang saleh adalah orang yang taat kepada Allah Ta’ala, yaitu orang yang
melaksanakan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya. Berdasarkan syariat Islam, orang saleh terdiri dari dua tingkatan, yaitu:
Pertama, As-Saabiq bil khairat
As-Saabiq bil khairat adalah orang yang bersegera dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan. Mereka inilah orang-orang yang memiliki dasar keimanan dan menyempurnakan keimanannya, baik dengan amal wajib maupun amal sunah (ahli kamal iman al-mustahab) [1].
Tingkatan ini adalah tingkatan orang-orang yang melaksanakan perkara yang wajib dan yang sunah, serta meninggalkan perkara yang haram, makruh, dan sebagian perkara yang mubah (halal). Tingkatan ini adalah tingkatan yang tertinggi dalam keimanan, yaitu tingkatan yang sampai pada derajat ihsan.
Kedua, Al-muqtashid
Al-muqtasihid adalah orang-orang pertengahan yang memiliki dasar keimanan dan menyempurnakan keimanannya yang wajib (ahli kamal iman al-wajib), namun belum sampai derajat kesempurnaan iman yang sunah [2].
Tingkatan ini adalah tingkatan orang-orang yang melaksanakan kewajiban dan meninggalkan perkara haram, meninggalkan sebagian perkara yang sunah, dan melakukan sebagaian perkara yang makruh [3].
Dinamakan “muqtashid” karena tingkatannya pertengahan. Maksudnya tingkatan mereka di atas orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri (zhalim linafsih) dan di bawah as-saabiq bil khairat (orang yang bersegera dan bersungguh-sungguh melakukan kebaikan) [4].
Dengan demikian, yang disebut sebagai “orang saleh” secara syariat adalah tingkatan al-muqtashid dan tingkatan as-sabiq bil khairat [5].
Tingkatan al-muqtashid ini berada di bawah tingkatan as-sabiq bil khairat, sedangkan tingkatan as-sabiq bil khairat adalah tingkatan yang tertinggi dalam kesalehan.
Dua tingkatan ini terdapat dalam firman Allah Ta’ala,
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Faathir: 32)
Baca Juga: Bagaimana Jalan Meraih Keshalihan
Satu tingkatan yang tidak termasuk golongan orang saleh
Sedangkan satu tingkatan yang disebutkan dalam ayat ke-32 dalam surat Faathir di atas, namun tidak termasuk ke dalam golongan orang saleh adalah orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, yaitu zhalim linafsih. Mereka adalah orang-orang yang memiliki dasar keimanan, keislamannya sah, namun meninggalkan kewajiban atau mengerjakan perkara haram. Mereka adalah seorang muslim pelaku dosa besar (muslim fasiq).
Tiga jenis manusia dalam bersikap terhadap orang saleh
Untuk mengetahui siapa saja golongan yang bersikap salah (keliru) terhadap orang saleh, maka kita perlu mengetahui bagaimanakah batasan syariat Islam terkait hak orang saleh.
Batasan syariat Islam terkait hak orang saleh adalah mencintainya sesuai dengan tingkatan keimananya, menghormatinya sewajarnya, membela mereka dalam kebenaran, mencontoh mereka dalam kebaikan, dan sikap selainnya yang diziinkan dalam syariat Islam.
Dan jika orang saleh itu adalah Rasulullah (utusan Allah) Alaihis salam, maka umatnya wajib untuk mengambil syariat yang dibawa dan taat kepadanya Alaihis salam.
Dalam bersikap terhadap orang saleh, manusia terbagi menjadi tiga golongan:
Pertama, melampui batasan syari’at Islam (berlebihan), ini sikap yang salah
Contoh sikap terhadap orang saleh yang berlebihan adalah menyanjungnya dengan melampui batas; membangun dan memberi lampu terhadap kuburnya; beribadah kepada Allah di sisi kuburnya; ngalap berkah dengan jasad dan peninggalannya; membela orang saleh tanpa melihatnya apakah dia benar atau salah; dan selainnya dari sikap yang melebihi batasan syariat Islam. Puncak sikap berlebihan terhadap orang saleh adalah dengan menyembahnya dan menuhankannya.
Wal’iyadzu billah.
Kedua, pertengahan, ini sikap yang benar karena sesuai dengan batasan syariat Islam
Seperti batasan syariat Islam yang telah kami sebutkan di atas.
Ketiga, mengurangi batasan syariat Islam (menelantarkan atau merendahkan), ini juga sikap yang salah
Maksudnya adalah bersikap merendahkan orang saleh, tidak menghormatinya sesuai dengan kedudukannya, tidak mencintainya sesuai dengan kesalehannya, tidak membelanya saat berada pada pihak yang benar, atau tidak memenuhi hak-haknya sebagai orang saleh [6].
Baca Juga: Shalat Malam Adalah Kebiasaan Orang Shalih
Renungan
Sikap berlebihan terhadap orang saleh, dan sikap merendahkan (menelantarkan) hak-haknya adalah dua sikap yang sama-sama salah dan berbahaya, wajib bagi kita untuk menghindarinya.
Bahkan sikap berlebihan terhadap orang saleh itu bisa menghantarkan kepada kekafiran. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Muhammad At-Tamimi Rahimahullah dalam Kitabut Tauhid alladzi huwa haqqullah ‘alal ‘abiid dalam bab yang berjudul,
باب ما جاء أن سبب كفر بني آدم وتركهم دينهم هو الغلو في الصالحين
“Bab (tentang) sebab kekafiran manusia dan sebab mereka meninggalkan agama Islam adalah (sikap) melampui batas terhadap orang saleh”.
Insyaallah, bab ini akan kita pelajari dalam serial artikel ini selanjutnya.
Baca Juga:
  • Sibukkanlah Dirimu dalam Amal Shalih
  • Teladan Kebaikan Dari Para Keluarga Salafus Shalih
[Bersambung]
Sumber Artikel: Muslim.or.id
Catatan Kaki:
[1] https://dorar.net/aqadia/3365
[2] https://dorar.net/aqadia/3363
[3] Lihat Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah.
[4] Lihat Tafsir Al-Qurthubi rahimahullah terhadap QS. Fathir: 32.
[5] Lihat At-Tamhid, karya Syaikh Shalih Alu Asy-Syaikh rahimahullah, hal. 210.
[6] Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, karya Ustadz Abu Isa hafizhahullah, hal. 105-106 dan At-Tamhid, karya Syaikh Shalih Alu Asy-Syaikh rahimahullah, hal. 210-211.
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira
 
Share:

Translate

Definition List

Flag Counter

Unordered List

Support